Minggu, 17 Juni 2012

Lingkungan: Konservasi Lahan...


Saatnya menyimpan air, bukan membuangnya

Tanggal 5 Juni lalu, ketika ngobrol dengan beberapa umat dari kelompok St. Barbara yang akan mengadakan perayaan ekaristi di asrama putra, disinggunglah rencana lokasi sementara “gereja” Balai, saat gedung gereja yang lama dibongkar. Lokasinya persis di depan asrama, sebuah daerah kosong antara TK dan SMP. Namun beberapa umat mengungkapkan satu kendala yang akan muncul, yaitu banjir. Ini terjadi di saat hujan lebat dengan curah air hujan yang deras dan waktu yang lama. Banjir ini sebenarnya bukan cuma dialami halaman asrama yang akan menjadi calon sementara “gereja” Balai, melainkan juga dirasakan oleh TK, SD dan SMA.

Dalam pembicaraan lepas itu beberapa umat mengutarakan rencana untuk membuat saluran (got) pembuangan air. Waktu itu saya langsung mengusulkan agar dibuatkan saja sumur resapan. Dan ini bisa menjadi bahan pertimbangan sekolah yang sering mengalami kebanjiran (TK, SD dan SMA). Artinya, ini dilakukan untuk kepentingannya, bukan karena akan ada “gereja” di sana.

Malam itu memang ada yang langsung mengutarakan kesulitannya berkaitan dengan jenis tanah di lokasi persekolahan St Yusup. Akan tetapi bagi saya itu bukanlah menjadi alasan yang berarti. Saat itu saya sebenarnya mau mengajak umat untuk berpikir bahwa saatnya sekarang ini kita menyimpan air, bukan membuangnya. Tempat penyimpan yang baik adalah tanah itu sendiri.

Oleh karena itulah, pada kesempatan ini saya mau memperkenalkan soal sumur resapan dan biopori yang sudah lama dicetuskan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

Sumur Resapan dan Biopori

Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat meresap ke alam tanah. Biopori  merupakan lubang vertikal ke dalam tanah yang berfungsi meningkatkan laju peresapan air hujan. Pembuatan lubang resapan biopori ke dalam tanah secara langsung akan memperluas bidang permukaan peresapan air, seluas permukaan dinding lubang.

Biopori atau sumur resapan merupakan teknik baru dalam memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar kita. Membuat  biopori atau sumur resapan memang tidak serta merta mengatasi masalah krisis air tanah. Tetapi paling tidak, pembuatannya dapat lebih cepat mengalirkan air permukaan ke dalam tanah. Jadi, selain menambah pasokan air di dalam tanah, sumur ini juga bisa mengurangi banjir.

Sumur Resapan dan Cara Pembuatannya



Manfaat dari sumur resapan air adalah meminimalisir terjadinya banjir saat musim hujan sekaligus sebagai upaya ‘menanam air’ ke dalam tanah. Ini berguna menambah persediaan air bersih di dalam tanah yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.

Sebelum membuat sumur resapan, ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi. Syarat ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain:
1.     Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.
2.     Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.
3.     Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.
4.     Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) minimal 2,0 cm per jam, yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm.

Pada tulisan ini pembuatan sumur resapan air didasarkan pada kondisi rumah yang memiliki talang air. Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:
1.     Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.
2.     Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu kosong.
3.     Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa paralon.
4.     Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.
5.     Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.
6.     Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.

Pembuatan sumur resapan air memang membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu tidak semua lahan dapat dibuat sumur resapan, harus memperhatikan syarat-syarat umum sebagai tersebut di atas. Namun lingkungan yang lebih nyaman dihuni manusia kenapa tidak. Adapun biaya pembuatan sumur resapan adalah sekitar Rp. 975.000,- per sumur. Ini memang hitungan untuk daerah Jawa. Dan waktu pembuatannya bisa memakan waktu 2-3 hari per sumurnya, yang dikerjakan oleh 2 orang pekerja.

Biopori dan Cara Pembuatannya


Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Biopori merupakan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk mengurangi genangan air dan sampah organik. Dan jika dibuat secara massal, maka lubang ini juga dapat mengurangi genangan air dan sekaligus menyuburkan tanah.

Lubang resapan biopori adalah salah satu cara meresapkan air ke dalam tanah yang dibantu oleh organisme di dalamnya. Jumlah lubang resapan biopori ditentukan berdasarkan luas lahan, yaitu setiap 50 meter persegi luas lahan dibuat 10 lubang. Cara pembuatan lubang resapan biopori adalah dengan membuat lubang diameter 10-30 cm dengan kedalaman 1 meter atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah. Ke dalam lubang tersebut diisi sampah organik agar terbentuk biopori dari aktivitas organisme tanah dan akar tanaman. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah menyusut karena proses pelapukan.

Lubang resapan biopori ini dapat dibuat dalam kondisi atau jenis tanah apapun. Pembuatan lubang biopori cukup sederhana, murah dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Lubang resapan berpori dapat dibuat sendiri dengan bor tanah atau dikerjakan oleh tukang bor sumur. Alatnya tergolong sederhana berupa bor hasil modifikasi, dandapat dibeli dibengkel las/pandai besi dengan harga sekitar Rp 150.000,- - Rp 300.000,- yang dapat dipakai bergilir oleh beberapa pemilik rumah. Langkah-langkah pembuatan lubang biopori adalah sebagai berikut:
1. Tentukan lokasi sumur resapan, yang diinginkan. Jika tanah kering, basahi terlebih dahulu, agar proses pengeboran lebih mudah.
2. Buat lubang silindris ke dalam tanah, dengan diameter 10cm. Ambil bor, posisikan bor tegak lurus permukaan tanah. Putar bor searah jarum jam, dan beri tekanan seperlunya.
3. Bila seluruh mata bor sudah terisi tanah, tarik bor ke atas sambil terus memutarnya searah jarum jam. 
4. Bersihkan mata bor, menggunakan kayu, bambu, atau pisau tumpul, dengan cara menekan sisi dalam mata bor. 
5. Ulangi langkah 2-4, hingga lubang mencapai kedalaman 100cm. 
6. Mulut lubang bisa diperkuat dengan adukan semen selebar 3 – 5 cm, setebal 2 cm
7       7. Isi lubang dengan sampah organik dari daun-daun kering, pangkasan rumput, atau   sampah dapur.
8      8. Sampah organi perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah menyusut karena proses pelapukan
9      9. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang. Atau lubang tersebut ditutup dengan tanah dan mulai membuat lubang baru lagi.

Biopori mempunyai berbagai fungsi antara lain :
1.     Membantu meresapkan air hujan ke dalam tanah. Air hujan tidak terbuang percuma ke laut.
2.     Penyubur tanah. Sampah dedaunan yang dimasukkan dalam lubang ini akan menjadi pupuk alami yang dapat menyuburkan tanah. Karena itu, setelah sekian lama lubang biopori ini ditutup dan dibuat lubang yang lain lagi, maka akhirnya tanah secara keseluruhan akan menjadi subur.
3.     Mengurangi penumpukan sampah. Sampah rumah tangga (organik) dapat dimasukkan ke dalam lubang ini.
4.     Terhindar berbagai jenis penyakit.
5.     Penghasil kompos. Sampah organik yang telah dimasukkan ke dalam lubang resapan ini, dapat diambil setelah 1-2 bulan.
6.     Mengurangi genangan air.
7.     Mengurangi emisi gas rumah kaca (CO dan metan)
8.     Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan air
9.     Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah

Setelah diteliti lebih jauh, ternyata ada lubang tak kasat mata pada bongkahan, yakni ratusan lubang biopori di dalam tanah. Lubang-lubang ini berfungsi menyerap air, menyaring air bersih, mengurai sampah organik, serta menjaga unsur hara pada tanah. Inilah inti dari teknologi resapan biopori, yaitu memanfaatkan mahluk Tuhan di dalam tanah, tidak hanya mikro organisme namun juga termasuk cacing tanah, semut dan hewan lainnya. Dengan menghidupi mereka maka semua akan membantu dalam upaya peresapan air ke dalam tanah. Oleh karena itu jangan buat lubang biopori di bagian tanah yang terendam air atau lebih tinggi dari saluran air. Jika terendam, makhluk-makhluk seperti cacing, rayap, semut akan kekurangan oksigen. Selain itu, menandakan hilangnya kemampuan meresap air karena sudah jenuh.

Sumur Resapan dan Biopori di Persekolahan St Yusup

Di atas sudah dikatakan bahwa kerap kali terjadi bajir kecil-kecilan di lokasi persekolahan TK, SD, SMA dan halaman asrama putra jika hujan deras dan dalam waktu yang lama. Hal ini menjadi kendala untuk rencana gedung “gereja” Balai yang sementara, karena lokasi tersebut menjadi langganan banjir. Air banjir di calon lokasi “gereja” Balai ini berasal dari curahan hujan langsung atau juga kiriman dari TK dan halaman pavling blok.

Membuat got atau parit bukanlah penyelesaian masalah yang bijak, karena itu hanya membuang air percuma. Cara itu tidak sejalan dengan semangat cinta lingkungan dan peduli pada bumi. Cara yang bijak adalah dengan membuat sumur resapan dan lubang resapan biopori. Cara ini bukan cuma untuk di calon “gereja” Balai, melainkan seluruh kompleks persekolahan St. Yusup, karena banjir bukan hanya di satu lokasi saja. Dan kebijakan ini bukan hanya saat adanya “gereja” sementara Balai, melainkan demi kepentingan masa depan yang panjang.

Sumur Resapan

Kita sudah mengetahui apa itu sumur resapan dan bagaimana cara membuatnya. Intinya adalah bahwa sumur resapan adalah sumur penampungan air hujan yang ditadah atap rumah. Artinya, air hujan yang jatuh di atap rumah akan mengalir ke talang air dan diarahkan ke sumur resapan itu.

Hendaknya setiap unit sekolah memiliki sumur resapan. Untuk TK, SD dan SMA masing-masing bisa membuat 2 – 3 buah sumur resapan, tergantung posisi keluaran air dari talang air. Jika memungkinkan lebih dari itu, lebih bagus lagi. Di halaman belakang sekolah (TK, SD, SMP dan SMA) baiknya dibuatkan lubang resapan biopori. Kedalaman sumur resapan ini bisa saja mencapai 2 meter. Sangat bagus kalau dibuatkan dua sumur resapan: yang satu langsung menerima air dari talang rumah, yang satunya lagi menerima kelimpahan air dari sumur resapan.

Sumur resapan juga bisa dibuat di halaman depan asrama putra. Sumur resapan ini bukan menampung air dari talang rumah, melainkan kumpulan air di halaman depan asrama. Oleh karena itu, posisi sumur resapan ini harus berada di daerah yang paling rendah, yang sering digenangi air bila hujan tak lagi turun.

Lubang Biopori

Lubang resapan biopori dapat dibuat di tiap halaman sekolah (mungkin kecuali SMP) dan halaman asrama putra. Soal jumlahnya dapat diperhatikan uraian di atas. Kita bisa membuat lubang resapan biopori lagi setelah 3 bulan; atau setelah yakin kotoran yang ada di dalamnya sudah menjadi kompos. Namun perlu diperhatikan, ketika kita membuat lubang resapan biopori lagi, maka lubang resapan biopori yang lama harus ditutup rapat, agar tidak mencelakakan manusia atau juga hewan. Atau pada lubang itu ditanami tumbuhan.

Untuk alat bor biopori, bisa dibuat sendiri. Untuk persekolahan St Yusup, dapatlah memiliki 3 buah bor biopori; atau empat buah dengan rincian tiap unit sekolah punya satu. Akan tetapi pemakaiannya bisa pinjam. Dikatakan bahwa tanah di kompeks persekolahan St Yusup terbilang cukup keras/padat. Untuk memudahkan proses pengeboran (apalagi dengan cara manual), maka sebelum dibor tanahnya dibasahi dengan air agar lembut.

Penutup

Di atas sudah dikatakan bahwa dengan membuat sumur resapan dan lubang resapan biopori bukan lantas berarti bahwa ancaman banjir segera hilang. Dengan pembuatan sumur resapan dan lubang resapan biopori masalah banjir sedikit diatasi atau sedikit berkurang.

Namun yang terutama adalah bahwa kita tidak membuat air hujan dengan percuma. Dengan sumur resapan dan lubang resapan biopori kita telah menyimpan air. Ini merupakan wujud konservasi lahan tanah dan bentuk kepeduliaan kita pada bumi, karena dengan menyimpan air dalam tanah kita telah ikut menyelamatan bumi. Di samping itu, 3 – 4 tahun ke depan halaman sekolah akan menjadi lahan subur sehingga dapat ditumbuhi rumput. Bisa dibayangkan kalau halaman TK, SD dan SMA menjadi hijau. Tentulah akan segar mata memandangnya.

Sumur Resapan dlm Gambar
Jika curah hujan cukup tinggi, bisa buat dua sumur resapan
Contoh dinding sumur resapan
contoh-contoh sumur resapan
Jangan lupa mengisi dalam sumur resapan batu apung

Lubang Resapan Biopori dlm Gambar
 Alat bor Biopori
Cara buat biopori
Anak-anak pun bisa melakukannya dan menjadi kegiatan yang menyenangkan
Contoh lubang resapan biopori
Agar tidak membahayakan, lubang biopori harus ditutup. Ada banyak jenis penutup lubang biopori


Tg Balai Karimun, 10 Juni 2012
by: adrian, dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India