Pekan Biasa X B/II
Bac I : Yes 61: 9 – 11; Injil : Luk 2: 41 – 51
Kemarin kita merayakan Hati Yesus Mahakudus. Sekarang Bunda Gereja mengajak kita untuk berpesta bersama Bunda Maria dalam peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Baik kemarin maupun hari ini pusat perhatiannya adalah H A T I. Di sini kita diajak untuk meneladani Bunda Maria, karena dia memang teladan hidup kaum beriman. Teladan apa yang Maria tunjukkan hari ini?
Menarik kalau kita simak kisah dalam Injil tadi. Maria dan Yosep diliputi kecemasan dan ketakutan setelah terpisah dari Yesus. Mereka terpaksa kembali lagi ke Yerusalem yang jaraknya tidaklah dekat. Tentulah sebagai seorang ibu, ketika mencari-cari Yesus di antara saudara-saudara lainnya yang pulang dari Yerusalem, Maria sambil berurai air mata.
Tapi, apa yang didapat Yosep dan Maria ketika akhirnya bertemu dengan Yesus? Maria bertanya baik-baik kepada Yesus. Pertanyaan itu wajar, meski terkesan menegur. Namun apa jawaban Yesus?
"Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?" Demikian jawaban Yesus. Tentulah jawaban ini sangat menyakitkan hati. Yosep tentu akan terpukul ketika dikatakan bahwa Yesus harus berada di rumah bapa-Nya. Tentu dalam hatinya dia bertanya, "Lalu saya ini siapa?" Bunda Maria juga pasti sangat kecewa dengan jawaban itu. Reaksi yang lumrah atas jawaban Yesus itu adalah marah. Karena kata-kata yang diucapkan Yesus sebagai seorang anak dinilai tidak sopan, tidak menghargai orang tua yang begitu cemas dan letih mencarinya.
Akan tetapi apa yang terjadi dengan Bunda Maria? Di sinilah letak kesucian hati Maria, "Menyimpang semua perkara itu dalam hatinya." Di sinilah Maria menunjukkan teladan hidupnya. Injil hari ini, dengan menampilkan sosok Bunda Maria, mau mengajak dan mengingatkan semua umat beriman untuk meneladani Bunda Maria dalam menghadapi berbagai macam masalah hidup.
Tentulah dalam kehidupan setiap manusia pasti memiliki masalah. Kita selalu dihadapi berbagai perkara hidup. Dalam mengadapi masalah dan perkara-perkara itu tak jarang kita sering mengeluh, menggerutu dan bahkan sampai marah-marah. Kemarahan bisa saja kita limpahkan kepada orang lain, diri sendiri dan tak jarang Tuhan juga menjadi sasaran kemarahan.
Meneladani Bunda Maria yang hatinya suci berarti setiap kali kita menerima dan menghadapi masalah dalam hidup kita tak perlu menggerutu dan marah-marah tetapi berusaha membawanya dalam doa dan merenungkannya. "Menyimpannya dalam hati" bukan berarti mendendam, menyimpan kemarahan di dalam hati, melainkan merupakan ungkapan bentuk doa: menyerahkan semua perkara kepada penyelenggaraan Ilahi. Kita menyerahkan semua permasalahan hidup dalam doa sambil merenungkan dan memohon untuk bisa memahami cara untuk mengatasi masalah itu.
by: adrian
Posting Komentar