Pekan Biasa X B/II
Bac I : Hos 11: 1, 3 – 4, 8c - 9; Bac II : Ef 3: 8 - 12, 14 - 19;
Injil : Yoh 19: 31 – 37
Yang menarik dari Injil hari ini adalah pengalaman orang yang menyaksikan peristiwa Kalvari saat orang-orang Yahudi ingin menurunkan mayat Yesus dan dua orang yang ikut disalibkan. Dikatakan bahwa kaki dua penjahat itu dipatahkan, karena mereka masih hidup. Sedangkan Yesus tidak, karena Dia terlihat sudah mati. Untuk meyakinkan kepastian itu, seorang prajurit menombak lambung-Nya dan keluarlah air bercampur darah.
Terhadap peristiwa ini, orang yang menyaksikannya memberikan kesaksian, dan kesaksiannya itu benar. Ia mengatakan kebenaran agar kita juga percaya.
Kebenaran menjadi menjadi masalah saat ini. Sering kita jumpai dalam kehidupan orang justru berbohong, tidak mengatakan kebenaran. Uniknya, kebohongan itu dibangun atas nama kebenaran, sehingga orang lain dengan sangat mudah tertipu dan percaya. Ketidak-jujuran menjadi trend hidup.
Dalam dunia pendidikan dapat kita lihat hal ini. Anak dengan sangat mudah melakukan ketidakjujuran saat ujian dengan melakukan aksi contek. Para guru juga tak mau ketinggalan. Demi kelulusan 100% segala cara dilakukan, termasuk ketidakjujuran tadi.
Dalam dunia politik ketidakjujuran sudah lumrah. Malah ada pendapat yang mengatakan menjadi politikus itu harus pandai berbohong. Artinya, kejujuran harus dijauhkan dari dunia politik. Karena itulah, kebenaran-kebenaran yang ada dalam dunia politik adalah kepentingan politik.
Anehnya, banyak orang suka pada ketidakjujuran ini. Banyak orang yang berkata bohong malah disenangi dan diakrabi, sementara orang yang berkata jujur disingkirkan. Mungkin benar apa yang dikatakan pujangga kita Ronggo Warsito bahwa jaman ini adalah jaman edan. Hanya orang jujur saja yang dinilai edan, sedangkan yang tidak jujurlah yang waras.
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita untuk kembali kepada hakikat diri kita. Tuhan menghendaki agar kita mau berkata benar apa adanya. Terlebih dalam mewartakan Injil Tuhan. Hendaknya kita dapat mewartakannya apa adanya. Hal ini sudah dilakukan oleh Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus mensyeringkan tugasnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mewartakan Kristus, sebuah rahasia yang sudah lama tersembunyi. Paulus membukanya. Tidak ada yang ditutupinya. Tujuannya agar semua orang tahu dan dari situ tumbuh iman dan kasih.
Karena itu, marilah kita bersama-sama berjuang untuk kebenaran. Semoga di hari raya Hati Yesus Mahakudus ini, kita semakin terpanggil untuk berani berkata kebenaran demi kebaikan bersama.
by: adrian
Posting Komentar