KBG SEBAGAI SEKOLAH IMAN DAN RUMAH RAHMAT
Para imam, bruder, suster, bapak dan ibu serta saudara-saudari dalam Kristus
Sri Paus Benediktus XVI lewat Motu Proprio, surat gembala kepada semua umat katolik sedunia, mencanangkan Tahun Iman yang akan dimulai dari 11 Oktober 2012 sampai dengan Minggu Kristus Raja, 23 November 2013. Surat gembala Sri Paus Benediktus XVI ini merupakan pintu masuk untuk merenungkan secara mendalam mengenai iman katolik kita dalam pengertian sudah sejauh manakah kita mendalami dan menghayati iman katolik kita sesuai dengan harapan Konsili Vatikan II. Dengan mendalami, saya maksudkan usaha kita untuk menjadikan Kristus sebagai pedoman dan contoh kehidupan kristiani kita.
Krisis Iman yang Mendalam
Sri Paus Benediktus XVI, dalam art. 2 surat gembalanya, mengatakan bahwa dalam Gereja kita telah terjadi krisis iman yang mendalam yang mempengaruhi masyarakat luas. Marilah kita menelaah lebih jauh apa yang dimaksudkan Sri Paus Benediktus XVI dengan mengatakan: krisis iman yang mendalam. Dengan mengatakan adanya krisis iman, itu berarti bahwa Sri Paus melihat adanya ancaman terhadap iman dan sekaligus juga Sri Paus melihat peluang untuk menangkal kemerosotan kehidupan iman itu.
Sri Paus Benediktus XVI telah menunjukkan kepada kita beberapa ungkapan atau gejala yang menunjukkan adanya krisis iman. Pada kesempatan ini, saya hanya mengutip satu dua ungkapan untuk menunjukkan krisis itu.
1. Dalam art. 2 dikatakan bahwa “Gereja secara keseluruhan dan semua pastornya, seperti Kristus, harus bergerak untuk memimpin umat keluar dari padang gurun, menuju DIA yang memberi kita kehidupan, dan kehidupan yang berkelimpahan.” Dengan istilah padang gurun Sri Paus mau mengungkapkan bahwa manusia itu tidak hidup dalam pengertian tidak ada persahabatan dengan Putera Allah. Tanpa adanya persahabatan dengan Putera Allah, kehidupan manusia itu kering dan tidak menghasilkan apapun untuk kehidupan manusia, terutama dalam bidang rohani. Dalam Putera Allah, ada kehidupan yang berkelimpahan.
2. Dalam art. 3 dikatakan bahwa umat kristiani yang seharusnya menjadi garam dan terang dunia, kini garamnya sudah menjadi tawar dan pelitanya sudah tak bercahaya terang lagi. Lalu dengan kondisi seperti ini kita mau apakan lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang (Mat 5: 13 – 16). Atau dengan kata lain, umat kristiani harusnya menjadi sumur yang menghasilkan air segar bagi umat manusia. Tapi kini sumurnya sudah ketiadaan air atau kalaupun masih ada airnya, airnya sudah menjadi asin dan sudah terkontaminasi dengan berbagai pengaruh duniawi.
3. Sambil mengulangi pertanyaan yang dilontarkan para pendengar Yesus, “Apakah yang harus kami perbuat supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah” (Yoh 6: 28), Sri Paus memberikan jawaban dengan mengutip lagi apa yang dikatakan Kitab Suci: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada DIA yang telah diutus Allah.” (Yoh 6: 29). Sri Paus menutup art. 3 dengan mengatakan, “Oleh karena itu, percaya kepada Yesus Kristus adalah jalan untuk sampai dengan pasti kepada keselamatan.” Masalah mendasar adalah masalah iman yang sudah tidak menjadi pedoman dalam kehidupan umat kristiani. Karena itu, iman inilah yang harus disembuhkan dan dikuatkan.
Peluang: Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik
11 Oktober 2012 adalah HUT ke-50 Konsili Vatikan dan HUT ke-20 Katekismus Gereja Katolik (KGK). Momen HUT ini diangkat Sri Paus menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbaharui penghayatan iman kita, memperdalam pengetahuan iman kita, membuat supaya iman kita sungguh menjiwai seluruh kehidupan kita di dunia ini.
Melihat kehidupan iman umat kita secara konkret dan memperhatikan peluang yang ada maka Sri Paus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Iman yang akan berlangsung dari 11 Oktober 2012 dampai dengan 23 November 2013. Apa sebab Tahun Iman dicanangkan bersamaan dengan HUT ke-50 Konsili Vatikan II dan HUT ke-20 KGK? Beato Yohanes Paulus II mengatakan bahwa naskah-naskah Konsili Vatikan II “sama sekali belum kehilangan nilai dan kecemerlangannya.” Selanjutnya Beato Yohanes Paulus II mengatakan, “Naskah-naskah itu perlu dibaca dengan benar, diketahui secara luas dan diresapkan di dalam hati sebagai naskah-naskah yang penting dan mengikat dari Magisterium Gereja, di dalam tradisi Gereja. Saya merasa lebih yakin dari sebelumnya untuk menunjuk kepada konsili itu sebagai rahmat agung yang dicurahkan Allah kepada Gereja di abad XX: di sana kita menemukan petunjuk arah yang dengannya kita mengambil bagian yang menjadi tanggung jawab kita di dalam abad itu yang sekarang baru dimulai. Jika kita menafsirkan dan mengimplementasikan konsili itu dengan dibimbing oleh suatu hermeneutika yang benar, maka konsili itu dapat menjadi semakin berdaya guna bagi pembaharuan Gereja yang senantiasa diperlukan.”
Dari apa yang dikatakan di atas, jelas sekali bahwa naskah-naskah Konsili Vatikan II punya nilai pembaharuan yang tinggi. Hanya sayang sekali bahwa nilai-nilai yang ada dalam naskah-naskah itu tidak diketahui padahal naskah-naskah itu sudah berusia 50 tahun. Karena tidak diketahui, maka tidak dihayati secara baik. Karena itu dengan Tahun Iman ini Sri Paus menghendaki supaya kita mempelajari naskah-naskah utama Konsili Vatikan II, mempelajari nilai-nilai yang ada dan berusaha menghayatinya.
Tahun Iman dan Tahun Rahmat
Dengan mencanangkan Tahun Iman, umat kristiani tidak hanya diajak untuk mempelajari naskah-naskah Konsili Vatikan II dan melihat nilai-nilai indah yang ada di dalamnya, tetapi juga diajak untuk berusaha menjadikannya Tahun Rahmat dalam pengertian berusaha menghayati nilai-nilai indah itu. Dengan demikian, kebutuhan otak dan hati sekaligus dipenuhi.
Dalam Tahun Iman ini kita diajak untuk mengadakan pembaharuan yang mendalam mengenai KGK, mempelajari dokumen-dokumen Konsili Vatikan II sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan ajaran yang kita imani.
Sri Paus Benediktus XVI mengatakan dengan mengutip Gal 5: 6, “Iman bekerja oleh kasih.” Dengan adanya kasih, iman itu akan mewujudkan dalam tindakan nyata. Iman tidak cukup kalau hanya menyentuh otak. Iman harus turun ke hati. Iman yang sudah menyentuh hati akan menggerakkan yang bersangkutan untuk mencintai Yesus Kristus. Seorang yang sudah mencintai Yesus akan berbuat apa saja demi Yesus dan sesamanya. St. Yakobus mengatakan, “Iman tanpa perbuatan adalah mati.” (Yak 2: 26). Perbuatan adalah buah dari cinta. Cinta yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu berdasarkan iman akan Yesus. Cinta kasihlah yang membuat kehidupan iman kita membuahkan rahmat berlimpah bagi kehidupan kita. Karena itu, Tahun Iman adalah Tahun Rahmat sejauh kita dengan dijiwai cinta kasih melahirkan perbuatan-perbuatan nyata dalam kehidupan kita.
Tindakan Konkret
Dengan mengutip Yoh 6: 28, Sri Paus mengajukan pertanyaan yang diajukan para pendengar Yesus kepada Yesus: “Apakah yang harus kami perbuat supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah.” Jawaban Yesus adalah, “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada DIA yang telah diutus Allah.” (Yoh 6: 29). Dari apa yang dikatakan Yesus, jelas bahwa kita harus beriman kepada Yesus sendiri. Dengan kata lain, karena kita sudah beriman kepada Yesus, maka inilah waktu yang tepat untuk memperbaharui iman kita kepada Yesus yang menghasilkan cinta kita kepada Yesus. Kalau cinta Yesus Kristus menguasai kita (2Kor 5: 14), maka Tahun Iman akan membuahkan rahmat bagi kehidupan rohani kita dan membuat hati yang gersang menjadi subur.
Tindakan konkret yang diusulkan Sri Paus dalam Motu Proprio-nya adalah mendalami naskah-naskah Konsili Vatikan II dan KGK. Pendalaman naskah-naskah dan KGK akan membuat kita lebih mengerti makna dari iman kita. Pengertian yang tepat dan benar akan iman kita membuat kita lebih mencintai iman kita. Dengan mencintai iman kita, kita akan lebih menghayati iman kita dan mewujudkan nilai-nilai iman kita dalam kehidupan harian kita.
Pribadi dan KBG
Pendalaman iman dan usaha penghayatan iman itu dapat dilaksanakan secara individual maupun secara kolektip. Sri Paus mengatakan dalam Motu Proprio bahwa pengakuan iman yang otentik dan tulus ini diteguhkan dengan cara yang “individual (sendiri-sendiri) maupun kolektip (bersama-sama), secara bebas dan bertanggung jawab, baik secara lahiriah maupun secara batiniah, dengan rendah hati dan terus terang.” (art. 4).
Tindakan-tindakan konkret pribadi dan bersama-sama itu dapat bermacam-macam: membaca Kitab Suci setiap hari, mengikuti perayaan ekaristi setiap hari, berdoa rosario setiap malam, berdoa malaikat Tuhan, adorasi di depan sakramen mahakudus sekali seminggu, sharing Kitab Suci sekali seminggu, kegiatan karitatip sekali dua minggu, menerima sakramen tobat beberapa kali selama Tahun Iman ini, beberapa kali seminar dengan topik tertentu selama Tahun Iman ini, dsbnya. Setiap orang dan setiap KBG dapat menentukan sendiri tindakan konkret apa yang ingin dilaksanakan selama Tahun Iman ini.
Saudara-saudari seiman yang tercinta dalam Kristus Yesus!
Judul dari Surat Gembala Paskah 2012 adalah “Jadikan KBG sebagai Rumah Iman dan Sekolah Iman.” Maksud saya adalah supaya segala kegiatan pendalaman iman dan penghayatannya dilaksanakan dalam kehidupan bersama dalam KBG. Dengan mengutamakan KBG, saya sama sekali tidak meniadakan kegiatan pribadi dalam keluarga masing-masing. Setiap orang dan setiap keluarga harus menentukan satu karya atau tindakan tertentu sebagai bentuk penghayatan iman yang diketahui. Saya hanya mau menekankan bahwa iman dan penghayatan iman pribadi dan dalam keluarga akan bertumbuh subur dan menghasilkan buah-buah iman yang berguna bagi diri dan keluarga sendiri maupun untuk KBG, kalau bertumbuh subur dan berakar pada kehidupan KBG. Keluarga yang lepas dari KBG pelan-pelan akan merana dan mati. Karena itu pertemuan KBG setiap minggu amat penting untuk menumbuh-kembangkan iman yang membuahkan cinta dan karya nyata.
Sehubungan dengan Tahun Iman ini saya mau mengajak kita semua untuk tidak saja menjadikan KBG kita sebagai “rumah dan sekolah iman”, tetapi lebih jauh mau menjadikan KBG kita sebagai “rumah dan sekolah rahmat” bagi semua orang. Dengan menjadikan KBG kita sebagai “rumah dan sekolah rahmat”, keluarga dan KBG kita akan menjadi pintu yang mengalirkan rahmat yang menyegarkan semua yang datang kepada kita (Porta Fidei et Porta Gratiae).
Akhirnya saya mengusulkan bahwa pada hari pembukaan Tahun Imam 11 Oktober 2012, di semua paroki atau stasi, kalau memungkinkan diadakan sembah sujud di depan sakramen mahakudus sebagai dukungan kita akan berhasilnya Tahun Iman ini bagi seluruh Gereja Semesta.
Saya juga mengajak para imam dan biarawan/wati memberikan contoh yang baik dalam menghayati iman yang diselimuti cinta kasih yang sejati. Cinta kasihlah yang menarik orang untuk hidup damai dan tenteram
Selamat merayakan Tahun Iman
Tuhan memberkati
ttd
+ Hilarius Moa Nurak, SVD
Uskup Keuskupan Pangkalpinang
إرسال تعليق